Executive Summary
Crackerjack Sektor Pertanian
Indonesia –
Vietnam
I. KEADAAN
UMUM
1. Republik
Sosialis Vietnam (RSV) terletak disemenanjung Indocina, yang berbatasan di
sebelah utara dengan RRC, di sebelah timur dan selatan dengan Laut Cina Selatan
serta sebelah barat dengan Laos dan Kamboja.
2. Sumber
pendapatan ekspor utama negara Vietnam antara lain meliputi : minyak mentah,
beras, produk pertanian dan pertambangan batubara.
II. HUBUNGAN POLITIK
3. Pertama
kali dibuka hubungan politik RI - Vietnam dibuka pada tingkat konsulat pada
tanggal 30 Desember 1955. Pada tanggal 10 Agustus 1965 hubungan RI- Vietnam
ditingkatkan menjadi Kedutaan Besar, namun setelah peristiwa G-30 S / PKI,
Vietnam menarik Duta Besarnya di Jakarta yang kemudian diikuti oleh Indonesia
menarik Duta Besarnya di Hanoi dan pada Tahun 1973 kedua negara menempatkan
kembali Duta Besarnya masing-masing di Jakarta dan Hanoi.
4. Indonesia
telah membuka perwakilan pada tingkat Konsulat Jenderal pada bulan Mei 1993 di
Ho Chi Minh City dengan persetujuan Pemerintah Vietnam guna meningkatkan
hubungan bilateral RI - Vietnam.
5. Hubungan
baik di bidang politik secara kongkrit antara lain tercermin dalam hal-hal
sebagai berikut :
a. Penghargaan
oleh Vietnam terhadap bantuan beras Indonesia pada tahun 1986, sewaktu Vietnam
mengalami kekurangan pangan.
b. Dukungan
Vietnam terhadap terpilihnya Indonesia sebagai Ketua Non-Blok.
c. Bantuan
Indonesia didalam usaha penanganan program keluarga berencana, saran
kebijaksanaan dalam bidang perminyakan, investasi, perbankan dan transpor.
d. Dukungan
Indonesia terhadap keinginan Vietnam untuk menandatangani ASEAN Treaty of Amity
and Cooperation.
e. Bantuan-bantuan
Indonesia lainnya kepada Vietnam berupa training dan pengembangan sumber daya
manusia.
f. Berbagai
kunjungan para pimpinan dan pejabat tinggi kedua negara yang mencapai puncaknya
dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Vietnam pada bulan November
1990 yang dinilai oleh pihak Vietnam sebagi kunjungan bersejarah pertama tokoh
non-sosialis ke Hanoi sejak tahun 1975.
g. Kunjungan
terpenting yang dilakukan Vietnam adalah kunjungan PM Vietnam yang baru, Vo Van
Kiet ke Indonesia pada tanggal 24 - 27 Oktober 1991.
III. KERJASAMA INVESTASI
6. Selama
tahun 1992 total investasi Indonesia di Vietnam mencapai US $ 102,6 Juta,
sedangkan investasi negara-negara ASEAN di Vietnam pada tahun yang sama
berjumlah US $ 407,6 Juta atau 10 % dari seluruh PMA di Vietnam. Pada tahun
1993, investasi Indonesia di Vietnam telah mencapai US $ 158 Juta, peringkat ke
-2 diantara negara-negara ASEAN.
IV. KERJASAMA
PERDAGANGAN
1. Kerjasama
perdagangan RI - Vietnam dilandasi oleh persetujuan dagang yang ditandatangani
di Hanoi tanggal 8 Nopember 1978 yang merupakan pembaharuan persetujuan dagang
tahun 1957, sedangkan persetujuan kerjasama ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknik ditandatangani di Hanoi tanggal 29 November 1990.
1. Komoditi
ekspor Indonesia ke Vietnam terutama adalah pupuk (72,4 %), biji minyak (16,7
%) dan katun (3,4%)
V. KERJASAMA PERTANIAN
9. Dasar
kerjasama Indonesia - Vietnam di sektor pertanian yaitu telah ditandatanganinya
Memorandum of Understanding (MOU) di sektor pertanian pada tanggal 12 Desember
1992 di Hanoi dengan lebih ditekankan pada :
n Pertukaran
tenaga ahli untuk meningkatkan teknologi dan informasi teknik pertanian.
n Pertukaran
penelitian, training dan study banding
n Joint
venture dalam bidang produksi, pemrosesan dan pemasaran komoditi pertanian.
10. Pada bulan April 1994 telah diadakan pertemuan
dengan Delegasi Presiden Vietnam di Jakarta, dimana Pemerintah Vietnam
menyatakan minatnya untuk belajar dari pengalaman Indonesia dalam bidang
pembangunan pertanian pada umunya dan IPTEK pertanian, peternakan dan
pertambakan udang pada khususnya.
11. Dalam perkembanganya 7 tahun terakhir ini,
Vietnam merupakan salah satu eksportir beras
utama di dunia dengan mengekspor 3 juta ton beras/tahun.
12. Pada tanggal 21 - 26 Maret 1995 telah diadakan
sidang Komisi Bersama Indonesia Vietnam. Dalam pertemuan tersebut telah
disepakati untuk memberikan perhatiannya dalam peningkatan komoditi pertanian,
khususnya beras dimasing-masing negara.
10. Pemerintah
Vietnam mengusulkan kepada pemerintah Indonesia untuk mengadakan Counter
Trade/imbal beli, dimana komoditi yang ditawarkan oleh pihak Vietnam adalah
beras, sementara yang diharapkan dari pemerintah Indonesia adalah Pupuk. Hal
ini telah disampaikan kepada KBRI di Hanoi pada bulan Mei 1998.
VI. KOMITMEN BANTUAN
VIETNAM KEPADA INDONESIA
14. Dalam menghadapi krisis di Indonesia pihak
Veitnam menyatakan bersedia untuk memberikan bantuan beras sebanyak 10.000 ton
dengan sistem pembelian harga khusus yaitu US $ 260/TM FOB Hai Phong Port
dengan jangka pembayaran 1 tahun dihitung sejak pengapalan terakhir.
VII.
LAPORAN KHUSUS PRODUKSI DAN EKSPOR HASIL
PERTANIAN VIETNAM
Berdasarkan
berita faksimil dari KBRI di Hanoi, Vietnam, tanggal 07 Juni 2002 Nomor :
BB-122/HANOI/VI/02, telah diterima laporan tentang potensi produksi dan ekspor
hasil-hasil pertanian Vietnam sampai
dengan akhir Mei 2002. Laporan selengkapnya antara lain adalah :
1. Berdasarkan laporan Menteri Pertanian dan
Pembangunan Pedesaan Vietnam (MARD), jika dibandingkan dengan periode yang sama
dengan tahun lalu, maka lima bulan pertama tahun 2002 nilai ekspor hasil
pertanian dan hutan mengalami penurunan sebesar 11%. Penurunan ekspor hasil
pertanian dan hutan tersebut terutama sekali sebagai akibat dari keadaan
cuaca/iklim yang menyebabkan kerusakan tanaman padi dan tumbuhan lainnya di
delta Sungai Mekong dan Propinsi Tay Nguyen serta di kawasan sebelah tenggara
Vietnam. Hal lain yang menjadi penyebab turunnya nilai ekspor hasil pertanian
dan hutan Vietnam adalah jatuhnya harga produk pertanian dan hutan di pasar
internasional.
2. Meskipun
harga hasil pertanian dan hutan mencapai US.$.209/ton atau meningkat 33% jika
dibandingkan dengan tahun lalu, akan tetapi dari hasil ekspor beras sebesar 1,2
juta ton, penerimaan negara hanya mencapai US.$ 260 juta. Penurunan produksi di
Propinsi bagian utara Vietnam dan meningkatnya harga beras musim tanam “Winter Spring” di Vietnam bagian selatan telah mempengaruhi
pembelian beras untuk diekspor. Apabila produksi beras untuk musim tanam “Summer-Autumn” dan “Summer-Winter” tahun 2002 ini berhasil dengan baik, Vietnam akan
dapat memproduksi beras lebih dari 32 juta ton. Tiga juta ton diantaranya akan
ekspor ke negara-negara lain : ke Timur-Tengah dan Afrika.
3. Disamping
itu, dapat dikemukakan pula bahwa mengenai perkembangan produksi hasil
pertanian lainnya sebagai berikut :
I. KOMODITI PERKEBUNAN
a) Kopi
Dalam lima bulan pertama tahun 2002, Vietnam telah mengekspor 341.000 ton kopi senilai US.$ 123 juta. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, maka volume kopi Vietnam mengalami penurunan sebesar 28% atau mengalami penurunan nilai sebesar 45%. Diperkirakan pada tahun ini, para petani kopi dapat memproduksi 600.000 ton biji kopi atau mengalami penurunan 33% jika dibandingkan dengan tahun lalu.
b) Teh
Dalam lima bulan pertama tahun 2002, Vietnam telah mengekspor 16.000 ton teh dengan nilai U.S.$ 16 juta. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, maka dalam lima bulan terakhir tahun 2002 terjadi peningkatan volume sebesar 36% dan kenaikan pendapatan ekspor sebesar 22%.
c) Kacang Mede dan Lada
Dalam
lima bulan pertama tahun 2002, Vietnam telah mengekspor kacang mede sebesar 16.700
ton dengan nilai U.S.$ 55 juta.
Meskipun terjadi peningkatan terhadap volume ekspor sebesar 34%, namun kenaikan
penerimaan sekitar 15% jika jika dibandingkan tahun lalu. Hali ini disebabkan
jatuhnya harga kacang mede di pasar internasional. Demikian pula halnya
dengan Lada . Dalam lima bulan
pertama tahun 2002 Vietnam telah mengekspor 30.000 ton Lada senilai U.S.$ 39 juta.
d) Karet
Perbaikan
kembali perekonomian global telah meningkatkan permintaan terhadap produksi karet. Kenaikan permintaan dunia
tersebut mempengaruhi peningkatan produksi dan ekspor. Diperkirakan produksi latex
akan mencapai 320.000 ton pada tahun 2002 atau meningkat 3% jika
dibandingkan dengan dengan tahun lalu. Dalam lima bulan pertama tahun 2002 ini,
ekspor karet telah 154.000 ton dengan nilai sekitar U.S.$ 77 juta. Jika dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun lalu, maka volume ekspor karet meningkat 61% dan
pendapatan dari ekspor karet ini juga meningkat 41%.
II. KOMODITI HORTIKULTURA.
Sayuran
dan buah-buahan.
Kemajuan
yang besar terlihat dalam produksi sayuran dan buah-buahan khuhusnya dalam mutu dan peng-anekaragaman jenis sayuran dan buah-buahan. Propinsi yang
berada di bagian selatan Vietnam telah menjadi penyangga pertanian termasuk
padi, buah-buahan seperti mangga, water
melon, leci, rambutan dan lain sebagainya. Namun demikian pendapatan ekspor
dari sektor ini dalam lima bulan pertama tahun 2002 hanya mencapai U.S.$ 97 juta atau mengalami penurunan
sebesar 29% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Penurunan ini terutama sekali adanya hambatan ekspor ke China yang merupakan
pasar buah-buahan dan sayuran bagi Vietnam. China telah memberlakukan peraturan
baru untuk mengawasi impor buah-buahan dan sayuran.
III. KEHUTANAN
Produk hasil Hutan.
Pendapatan ekspor dari hasil hutan khususnya dari peralatan rumah tangga dari kayu, bambu dan rotan serta kayu dalam lima bulan pertama tahun 2002 mencapai U.S.$ 151 juta atau meningkat 21% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
4. Untuk mengembangkan produksi dan mendorong ekspor, Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (MARD) telah memformulasikan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti antara lain :
a) Berkaitan
dengan produksi beras, nanas, teh dan karet yang mempunyai lahan yang tetap,
Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (MARD) telah menginstruksikan agar
para eksportir menandatangani kontrak produksi dengan para petani. Para petani
beras diminta untuk melaksanakan kebijakan ektensifikasi pertanian dengan
menggunakan bibit padi varietas unggul yang tahan hama, penggunaan pupuk, dan
pembasami hama serta jaringan irigasi. Dalam hal ini, para pejabat penyuluh
pertanian tingkat lokal juga diminta untuk membantu petani dalam pengetahuan
yang diperlukan oleh petani serta informasi mengenai tanam pertanian intensif
termasuk penataan kembali lahan untuk tanaman kopi, teh kacang mede dan lada.
b)
Bekerjasama dengan
Kementrian Perdagangan dan instansi terkait lainnya untuk mencari pasar-pasar
baru bagi hasil pertanian dan hutan di luar negeri.
c)
Pelaksanaan
program-program dalam upaya peningkatan kemampuan bagi para pejabat pada
tingkat pusat, lokal dan tingkat pelaksana dilapangan, serta melaksanakan
sistem pengawasan terhadap standar mutu, guna meningkatkan citra barang
produksi Vietnam dalam pasar
internasional.
Pengamatan KBRI di
Hanoi.
5.
Dalam upaya mengatasi penurunan
pendapatan ekspor dari komoditi pertanian dan hutan yang merupakan dampak dari
penrunan harga komoditi tersebut dalam pasar internasional, nampaknya
pemerintah Vietnam dalam hal ini Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan
(MARD) Vietnam telah mengambil beberapa kebijakan yang dapat mendorong
pendapatan ekspor dari sektor ini seperti antara lain : perbaikan mutu hasil pertanian, pemberian dukungan kepada petani,
mengupayakan jaminan penjualan hasil pertanian dengan melakukan kontrak antara
eksportir dengan para petani dan lain sebagainya.
6.
Mengingat produk pertanian Indonesia
dan Vietnam mempunyai kesamaan, seperti karet,
lada, dan kopi, maka upaya pemerintah Vietnam tersebut
kiranya dapat disikapi dengan cermat dan dipergunakan sebagai salah satu
masukan dalam menyusun strategi dan kebijakan pengembangan ekspor komoditi
non-migas ke negara-negara tujuan ekspor Indonesia.
VIII. LAPORAN KHUSUS TENTANG UPAYA VIETNAM DALAM
PEMBANGUNAN PEDESAAN TERMASUK PENGENTASAN
KEMISKINAN
Berdasarkan
berita faksimil dari KBRI di Hanoi, Vietnam, tanggal 10 Juni 2002 Nomor :
BB-125/HANOI/VI/02, telah diterima laporan khusus tentang upaya Vietnam dalam
program “Pembangunan Pedesaan termasuk Pengentasan Kemisiknan”. Laporan selengkapnya antara lain adalah :
i.
Menteri Pertanian dan Pembangunan
Pedesaan Vietnam (MARD), Le Huy Ngo, telah mengadakan
pertemuan dengan anggota “The
International Support Group (ISG)”
pada tanggal 7 Juni 2002 di Hanoi. Pertemuan tersebut telah dihadiri
oleh UNDP, Bank Dunia, Program Pangan Dunia (WFP), Bank Pembangunan Asia (ADB)
dan Organisasi Internasional lainnya. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan
Vietnam (MARD) telah menyampaikan antara lain : bahwa pemerintah Vietnam
berkeinginan agar sektor pertanian dapat berintegrasi kedalam perekonomian
regional dan internasional, serta mempunyai kekuatan dalam menuju
industrialisasi dan modernisasi termasuk untuk mengurangi kemiskinan di
pedesaan.
ii.
Pemerintah Vietnam akan memanfaatkan
sumber dana dan sumber daya manusianya guna mencapai tujuan diesektor pertanian
tersebut,. Untuk itu, pemerintah Vietnam sangat mengharapkan agar organisasi
internasional dapat memberi bantuan teknik dan keuangan melalui program
pembangunannya, terutama sekali untuk pengembangan sarana dan prasarana di
pedesaan, alih teknologi serta memajukan proyek pertanian dan kehutanan.
iii.
Untuk
mendukung proses pengurangan tingkat kemiskinan, perlu dilakukan
langkah-langkah koordinasi oleh semua pihak yang terkait. Dalam kaitan ini, ADB
menawarkan bantuan khususnya dalam upaya pengentasan kemiskinan dengan melalui
perbaikan kebijakan pemerintah diberbagai bidang dan investasi langsung,
mempromosi upaya untuk penganekaragaman tanaman pertanian serta penggunaan
teknologi maju. Sehubungan dengan itu, ADB merencanakan untuk memberikan
bantuan dana bagi pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM/SME’s) utamanya di
pedesaan.
iv.
Disamping itu, dalam rangka
penghapusan kemiskinan, pada tanggal 25 Pebruari 2002 yang lalu telah dilakukan
penandatangan “Persetujuan Kemitraan untuk
Penghapusan Kemiskinan” antara
pemerintah Vietnam yang diwakili oleh Gubernur Bank Sentral Vietnam, Mr.
Le Duc Thuy dengan Wakil
Presiden Asia Development Bank (ADB), Mr. Myong Ho Shin. Persetujuan tersebut menetapkan kebijakan
jangka panjang didalam upaya mengentaskan kemiskinan termasuk tujuan, target,
strategi secara rinci dan prioritas kerjasama yang akan dilakukan antara
pemerintah Vietnam dan ADB untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
v.
Perjanjian tersebut juga
mengidentifikasikan bantuan ADB terhadap pemerintah Vietnam dalam mencapai
sasaran-sasaran yang selaras dengan tujuan pembangunan sumber daya manusia.
Sasaran yang hendak dicapai tersebut juga telah dicantumkan dalam program
pengentasan kemiskinan dan strategi pembangunan ekonomi pemerintah Vietnam.
vi.
Sejalan dengan strategi baru
pemerintah Vietnam yang disahkan pada bulan Januari 2002, ADB akan memusatkan
perhatian pada empat pilar utama dalam
membantu menghapuskan kemiskinan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
yang berlanjut melalui pembangunan pedesaan dan pengembangan sektor swasta
dengan meusatkan perhatian terhadap peningkatan produkstifitas pertanian,
peningkatan pendapatan dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.
2. Dalam
setiap kegiatan ADB di Vietnam, akan mencantumkan pembangunan Sosial yang
sejalan dengan masalah kemisikinan, gender, dan suku terasing/terpencil dengan
penekanan terhadap pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui program
pendidikan dan kesehatan.
3. Mendukung
adanya Pemerintahan yang baik dewngan penekanan khusus terhadap pelaksanaan
reformasi administrasi umum dan kepegawaian.
4. Memusatkan
perhatian pada propinsi-propinsi termiskin di Vietnam bagian Tengah dengan
melalui proyek peningkatan lingkungan hidup dalam masyarakat dan meningkatkan
prasarana didaerah tersebut.
vii.
Pada tahun 2001 ADB telah menyetujui
pinjaman untuk membiayai pembangunan pada sektor umum di Vietnam sebesar US.$ 243,1 juta. Dana ini digunakan untuk membiayaai
proyek-proyek sebagai berikut :
1. Second Red
River Basin Sector Project” sebesar
US.$ 70 juta.
2. The
Provincial Town Water Supply and Sanitation” sebesar US.$ 60 juta.
3. Cetral
Region Livelihood Improvement Project” sebesar US.$ 43,1 juta.
4.
Provincial Roads Improvement Project” sebesar US.$ 70 juta.
Penandatangan
pinjaman tersebut masing-masing dilakukan pada tanggal 8 Januari 2002 untuk
proyek yang pertama dan tiga proyek lainnya ditandatangani pada tanggal 2 April
2002.
viii.
Bantuan dana ADB pada sektor pertanian
dan pembangunan pedesaan menurut rencana akan diperluas ruang cakupannya dengan
mencantumkan bantuan untuk industri pertanian swasta dan sejumlah kecil dana
bagi petani kecil dan miskin dan lain sebagainya. Sedangkan pengentasan
kemiskinan akan dilanjutkan melalui proyek-proyek yang terdapat diberbagai
propinsi di Vietnam bagian Tengah.
ix.
Sebagai ilustrasi dapat kami sampaikan
Pertumbuhan Indikator Ekonomi Vietnam 2002-2003 yang diperkirakan oleh ADB
sebagai berikut :
Vietnam
Major Economic Indicators, 2002-2003
(Based
on ADB’s Predict)
|
|||
Nomor
Urut |
|
2002
|
2003
|
1.
|
GDP Growth
|
6,2
|
6,8
|
2.
|
Gross Domestic Investment/GDP
|
26,8
|
28
|
3.
|
Gross National Saving/GDP
|
27,1
|
27,8
|
4.
|
Inflation Rate (Consumer Price
Index)
|
3
|
4
|
5.
|
Money Supply (M2) Growth
|
25
|
26
|
6.
|
Fiscal Balance/GDP
|
-5,4
|
-6,5
|
7.
|
Merchandise Export Growth
|
8,5
|
12
|
8.
|
Merchandise Import Growth
|
10
|
13
|
9.
|
Current Account Balance/GDP
|
0,3
|
-0,2
|
10.
|
Debt-Service Ratio
|
8,3
|
6,8
|
Sumber
: Bank Pembangunan Asia (ADB)
Pengamatan KBRI
i.
Pemerintah Vietnam sedang berupaya
keras untuk mengentaskan kemiskinan penduduknya terutama sekali yang berada
didaerah pedesaan dan pegunungan. Untuk upayanya tersebut pemerintah Vietnam
dibantu oleh negara-negara donor dan organisasi keuangan internasional
seperti ADB. Pengurangan tingkat
kemisikinan penduduk lebih difokuskan pada peningkatan tingkat social ekonomi
para petani miskin dan kecil termasuk tingkat pendapatannya. Untuk hal ini
proyek-proyek pengentasan kemiskinan tersebut ditujukan juga untuk meningkatkan
kapasitas sumber daya manusianya seperti peningkatan pendidikan, keahlian dan
penerapan-penerapan teknologi tepat guna dan maju.
ii.
Menyadari bahwa pengentasan kemiskinan
memerlukan waktu cukup lama, maka pemerintah Vietnam telah mencantumkan upaya
pengentasan kemiskinan ini dalam program pembangunan Sosial Ekonomi tahun
2001-2005 dan Program dan Strategi Pembangunan Sosial Ekonomi Vietnam tahun
2001-2010. Program dan Strategi Pembangunan Sosial Ekonomi Vietnam yang
dituanghkan dalam program dan strategi pembangunan jangka pendek (tahunan)
selalu dievaluasi dfua kali dalam setahun, yaitu sekitar bulan Juni/Juli dan
Nopember/Desember dalam tahun yang berjalan, dengan mengikutsertakan
negara-negara donor, lembaga keuangan internasional dan perwakilan
negara-negara asing di Vietnam.
iii.
Perkembangan upaya pemerintah Vietnam
dalam pengentasan kemiskinan tersebut kiranya dapat dijadikan salah satu
masukan bagi instansi terkait dalam menyusun program pengentasan kemiskinan di
Indonesia.
IX. “The 4th International
Symposium on Hybrid Rice”
Hanoi, Vietnam, 14-17 Mei 2002
Pada
tanggal 14-17 Mei 2002 di Hanoi, Vietnam telah diselenggarakan “Simposium
International Padi Hybrida” dengan thema ”Hybrid
Rice Vigor in Rice for Food Security, Poverty Alleviation and Environment
Protection”
Penyelenggara
Simposium tersebut adalah International Rice Researh Institute (IRRI)
bekerjasama dengan Departemen Pertanian dan Pengembangan Pedesaan –Vietnam.
Sponsor utama kegiatan ini adalah “Asian
Development Bank”dan IRRI, sedangkan Co-sponsor adalah FAO, China National Hybrid Rice Research and Development Centre
(CNHRRDC), dengan dukungan pembiayaan dari : Rice-Tec-USA, S.M. Sehgal Family Foundation-India, ICAR-UNDP Project on
Hybrid Rice-India serta Xiangfan Chia
Tai Agric.Dev.Co, China.
Pada
kesempatan tersebut, Indonesia menyampaikan Country
Report tentang “Hasil Penelitian
Balai Penelitian Padi (Balitpa) Sukamandi” dan “Pengembangan Padi Hybrida di Indonesia melalui Proyek
FAO-TCP/INS/8921”
Situasi
pemanfaatan padi hybrida saat ini :
1. Cina
1.
Three-Line Hybrid
2. Luas
pertama padi hybrida di China 15,5 juta ha/musim tanam (50% luas area sawah)
3. Hasil
60% total produksi padi
4. Produksi
benih padi hybrida 3,0-4,5 ton/ha (padi pertanaman luas/large scale)
a. Two-Line
Hybrid
China
sudah mencapai kemajuan pesat dalam penelitian two-line hybrid. Beberapa nomor
galur PTGSM sudah ditemukan, sasat ini 20 varietas padi hybrida two-line sudah
dilepas ke petani dengan luas area 2,67 juta ha (+ 17,2% total luas sawah). Kelebihan produksi
untuk two-line hybrid adalah 5-10 % lebih tinggi dari three-line hybrid.
2.
I
n d i a
a. Padi hybrida yang telah dilepas sebanyak 16
varietas
b. Luas
area : 200.000 ha/tahun
c. Rata-rata
produksi benih F1: 2,0 ton/ha
d. Rata-rata
produksi benih : 3.000 ton/tahun, dari jumlah tersebut 90% diproduksi oleh
produsen/penangkar swasta
e. Untuk
pengembangan padi hybrida ditingkat petani, pemerintah India membuat program 5
tahun (2002-2007) melalui demonstrasi dan training
f. Rata-rata
produksi benih untuk skala luas : 2,5 ton/ha
g. Taeget
penggunaan padi hybrida : 3-4 juta ha/tahun untuk program ketahanan pangan.
3 Philippina
a. Sumber
daya manusia yang sudah dilatih 1.000 orang;
b. Varietas
Mestizo mempunyai kelebihan produksi 1,2-1,3 ton/ha dibanding varietas standar ;
c. Sektor
swasta sangat berperan dalam pengembangan padi hybrida dibidang pemuliaan, produksi benih dan promosi
teknologi;
d. Target
are ayang dicanangkan pemerintah :
Tahun 2002 = 135.000 ha.
Tahun 2003 = 200.000 ha
Tahun 2004 = 300.000 ha.
4.
Vietnam
a. Kemajuan
pesat telah dicapai Vietnam dibidang penelitian, pengembangan, dan penggunaan padi
hybrida secara komersial
b. Produksi
benih hybrida 2,0 ton/ha, produksi padi hybrida 8-10 ton/ha
c. Two-line
hybrid (Peiai 64 S/Teqing, Peiai 64 S/R49 dan Peiai 64 S/R77) yang sudah
dikembangkan di Vietnam dengan karakteristik :
i.
Umur pendek
ii.
Produksi tinggi
iii.
Rasa nasi enak
iv.
Daya adaptasi luas
d.
Dengan telah digunakan benih padi
hybrida secara komersial, Vietnam yang pada tahun 1998 masih berstatus sebagai
negara pengimpor beras, dalam jangka 3 tahun, tahun 2000 dan 2002 sudah
berhasil mengekspor beras sejumlah 4 juta ton/tahun. Ditargetkan ekspor akan
terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
5. Indonesia
Situasi
pengembangan padi hybrida di Indonesia saat ini :
a. Pelepasan varietas
7
(tujuh) varietas padi hybrida sudah dilepas, yaitu :
PT.
Kondo : MIKI I, MIKI II dan MIKI III (benih masih diimpor dari Jepang, dan ada
kesulitan pemasukannya di Karantina)
PT.
BISI : INTANI I dan INTANI II (varietas hybrida nasional, restorer yang
digunakan dari Indonesia), saat ini PT BISI sedang memproduksi benih dalam skala
luas.
Balitpa
: MARO dan ROKAN (varietas introduksi dari IRRI, namun sudah diuji secara luas
di Indonesia dan benih diproduksi di Indonesia), saat ini stok benih masih
sedikit, penanaman dalam skala luas kerjasama dengan PT. Sang Hyang Seri pada
MK.2002 tidak sesuai dengan harapan (sinkronisasi rendah).
b.
Uji adaptasi masih terus dilaksanakan terhadap benih padi hybrida dari :
ii.
PT. Sutowido : introduksi dari India,
dalam waktu dekat akan dilepas 2 varietas
iii.
PT. Bangun Pusaka : introduksi dari
China, kerjasama dengan Institute Yuan Longping, RRC. Dalam waktu dekat akan
dilepas 2-3 varietas.
1. Saran-saran
:
Mempelajari laporan negara lain
seperti China, India dan Philippina, apabila dibandingkan dengan situasi padi
hybrida di Indonesia saat ini, maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia jauh
tertinggal dalam pengembangan padi hybrida.
Untuk itu perlu segera diambil kebijakan sebagai berikut
:
1. Penanganan
yang serius secara terpadu dari instansi terkait, baik pemerintah maupun
swasta.
2. Sosialisasi
kepada petani tentang manfaat penggunaan padi hybrida secara intensif.
3. Dukungan
pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana.
4. Perlu
dibentuknya “Forum Strategi Perencanaan Pengembangan Padi Hybrida” di
Indonesia.
Negara-negara peserta simposium
No.
|
N e g a r a
|
Jumlah peserta
|
1.
|
Australia
|
1 orang
|
2.
|
Bangladesh
|
7 orang
|
3.
|
Belgia
|
1 orang
|
4.
|
Brazil
|
2 orang
|
5.
|
China
|
56 orang
|
6.
|
Columbia
|
2 orang
|
7.
|
Mesir
|
2 orang
|
8.
|
India
|
29 orang
|
9.
|
Indonesia
|
4 orang
|
10.
|
I r a n
|
4 orang
|
11.
|
I R R I
|
16 orang
|
12.
|
Jepang
|
11 orang
|
13.
|
Korea Utara
|
2 orang
|
14.
|
Korea Selatan
|
3 orang
|
15.
|
Malysia
|
1 orang
|
16.
|
Myanmar
|
1 orang
|
17.
|
Papua New Guinea
|
1 orang
|
18.
|
Philippina
|
8 orang
|
19.
|
Rusia
|
1 orang
|
20.
|
Sri Lanka
|
3 orang
|
21.
|
Thailand
|
2 orang
|
22.
|
U S A
|
5 orang
|
23.
|
Vietnam
|
31 orang
|
Invite/ind-thai/viet